Rush money membuat Negara Colaps
forexbatam.com - Presiden Joko Widodo alias Jokowi meminta kepada umat Islam agar tidak lagi melakukan aksi demo damai III yang di rencanakan akan dilaksanakan pada tanggal 25 November 2016 nanti.
Ketakutan Jokowi akan hal ini, ditengarai akibat rencana massa aksi yang akan hadir jumlahnya akan menjadi dua kali lipat dari aksi demo damai II pada tanggal 4 november lalu, yang dikenal dengan nama aksi 411.
Rupanya masyarakat banyak yang memperkirakan jika demo damai III atau 2511 nanti, akan berakibat sangat fatal pada kedudukan Jokowi sebagai Presiden, apabila kasus penistaan oleh Ahok masih diperlakukan secara “Istimewa” oleh pihak pemerintah, melalui kepolisian.
Walaupun Jokowi dan Kapolri sudah menyatakan tidak akan melakukan intervensi terhadap kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok, namun masyarakat tidak mempercayainya. Hingga berbagai usulan dan ide ditawarkan agar dilakukan untuk menjatuhkan kewibawaan pemerintah saat ini.
Dan salah satunya seperti yang ditulis akun sosial media milik Trisandika, yang meminta agar seluruh umat Islam yang memiliki tabungan di Bank, agar mau menarik dana mereka secara serempak pada tanggal 25 November nanti, apabila Ahok tidak ditangkap dan ditahan.
Trisandika mengumpamakan jika saja ada 5 juta warga muslim di seluruh Indonesia, menarik dananya sebesar Rp. 2 juta saja, maka akan ada penarikan dana secara besar-besaran alias “Rush Money” yang akibatnya akan berdampak sangat besar khususnya di perekonomian Indonesia, dan juga pukulan telak bagi pemerintahan, karena akan ada penarikan secara tunai sebesar Rp. 10 ribu Trilyun.
“Itu kalau 5 juta umat muslim, dan jumlah muslim lebih, maka bisa mencapai hingga 100 ribu Trilyun,” ujar Trisandika menamakan aksi tersebut #RushMoney_ForJustice.
Trisandika menggambarkan jika jumlah dana yang disimpan oleh bank dari pihak ketiga atau pihak nasabah, hanya berkisar sekitar 5 sampai dengan 10 persen saja, yang artinya pihak Bank akan kelimpungan.
Rush Money di Indonesia sudah pernah terjadi ketika krisis moneter, dimana Bank Central Asia (BCA) dihantam oleh nasabahnya yang secara tiba-tiba menarik uang mereka secara besar-besara, hingga akhirnya BCA sempat kolaps dan harus mendapatkan suntikan dana segar dari pemerintah.
Ketakutan Jokowi akan hal ini, ditengarai akibat rencana massa aksi yang akan hadir jumlahnya akan menjadi dua kali lipat dari aksi demo damai II pada tanggal 4 november lalu, yang dikenal dengan nama aksi 411.
Rupanya masyarakat banyak yang memperkirakan jika demo damai III atau 2511 nanti, akan berakibat sangat fatal pada kedudukan Jokowi sebagai Presiden, apabila kasus penistaan oleh Ahok masih diperlakukan secara “Istimewa” oleh pihak pemerintah, melalui kepolisian.
Walaupun Jokowi dan Kapolri sudah menyatakan tidak akan melakukan intervensi terhadap kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok, namun masyarakat tidak mempercayainya. Hingga berbagai usulan dan ide ditawarkan agar dilakukan untuk menjatuhkan kewibawaan pemerintah saat ini.
Dan salah satunya seperti yang ditulis akun sosial media milik Trisandika, yang meminta agar seluruh umat Islam yang memiliki tabungan di Bank, agar mau menarik dana mereka secara serempak pada tanggal 25 November nanti, apabila Ahok tidak ditangkap dan ditahan.
Trisandika mengumpamakan jika saja ada 5 juta warga muslim di seluruh Indonesia, menarik dananya sebesar Rp. 2 juta saja, maka akan ada penarikan dana secara besar-besaran alias “Rush Money” yang akibatnya akan berdampak sangat besar khususnya di perekonomian Indonesia, dan juga pukulan telak bagi pemerintahan, karena akan ada penarikan secara tunai sebesar Rp. 10 ribu Trilyun.
“Itu kalau 5 juta umat muslim, dan jumlah muslim lebih, maka bisa mencapai hingga 100 ribu Trilyun,” ujar Trisandika menamakan aksi tersebut #RushMoney_ForJustice.
Trisandika menggambarkan jika jumlah dana yang disimpan oleh bank dari pihak ketiga atau pihak nasabah, hanya berkisar sekitar 5 sampai dengan 10 persen saja, yang artinya pihak Bank akan kelimpungan.
Rush Money di Indonesia sudah pernah terjadi ketika krisis moneter, dimana Bank Central Asia (BCA) dihantam oleh nasabahnya yang secara tiba-tiba menarik uang mereka secara besar-besara, hingga akhirnya BCA sempat kolaps dan harus mendapatkan suntikan dana segar dari pemerintah.